Minggu Pertama Perjuangan Administrasi
Karena status saya yang masih belum jelas di imigrasi, walaupun mengurus via MVV, tetapi saya berangkat dengan visa standart 3 bulan saja, barulah begitu sampai sini saya harus mengurus untuk bisa lebih dari 3 bulan. Proses kepengurusan dari visa 3 bulan menjadi lebih dari 3 bulan itu lumayan panjang ceritanya, semua kepengurusan proses tersebut diurus oleh IN (International Newcomers) Netherlands. Selain proses perpanjangan visa untuk menjadi visa MVV, saya juga harus melakukan proses pengurusan sebagai pegawai magang di rumah sakit AMC, prosesnya juga berbelit-belit dan panjang, tetapi sebetulnya proses birokrasi ini semua sangat berguna untuk keamanan pasien (untuk di rumah sakit) dan untuk keamanan negara (untuk proses di imigrasi), tetapi proses ini sangat menyenangkan sejujurnya, orang-orang yang saya temui sangat membantu dan sabar walaupun sayanya duduls begini mereka tetap helpfull, oh iya satu lagi, tidak dipungut biaya sepeser pun. Hebat ya.. Karena mengejar waktu supaya kedua proses ini cepat selesai, akhirnya saya putuskan untuk melakukan bersamaan di satu minggu pertama.
Proses pertama yang saya lakukan di rumah sakit adalah ke poli pegawai, atau dalam bahasa mereka disebut arbodienst, saya diminta untuk mengambil spesimen dari beberapa area tubuh saya memakai semacam cotton buds, kaya film - film CSI kalau mau ambil DNA gitu, untuk mengetahui apakah saya mengandung MRSA (Methicillin-resistant Staphylococcus aureus) alias bakteri yang susah dibunuh yang saya bawa dari Indonesia.
Proses kedua saya naik Metro ke WTC Amsterdam tempat IN Amsterdam untuk mengurus perubahan visa dari 3 bulan ke MVV sekaligus untuk working permit. Bikin janji jam 15.00, entah feeling kenapa saya datang jam 11.00 iseng-iseng terus konfirmasi ulang ke receptionist. Ehhh... ternyata dokumen saya kurang lengkap, akhirnya dikasih form untuk dilengkapi yang intinya saya harus membuktikan dengan tandatangan asli dan stempel asli rumah sakit kalau saya memang sudah ke rumah sakit itu dan di acc oleh penanggung jawab disana. Akhirnya balik lagi naik Metro ke rumah sakit nemuin guru saya yang baik hati itu buat minta tanda tangan, kemudian nemuin sekretarisnya buat minta stempel. Alhamdulillah lancar semua, langsung baik lagi naik Metro ke kantor IN Amsterdam. Perjalanan untuk lanjar 30 menit naik metro. Coba kalau di Surabaya, mungkin baru sampai kalau pakai Gojek hahaahaha...
Alhamdulillah jam 14.00 sudah sampai ke IN lagi, saya beranikan diri untuk ketemu sama receptionist yang baik hati tadi, ehh.. ternyata ada tempat janjian yang kosong, langsung dimasukkan saya. Akhirnya semuanya dicek, keluarlah surat ijin bekerja saya.. wuhuuuu... (nomer sensitif saya blur), dan ternyata saya juga dikasih namanya Burgerservicenummer, mungkin kalau di Indonesiakan nomer KTP, dan melekat seumur hidup sama saya. Nanti kalau udah selesai pendidikan, kalau ngurus permit stay lagi nomer saya akan tetap. How cool is that? Biasa aja kali ya? Saya aja yang kampung hahahaha..
Besoknya, saya diminta datang ke arbodienst atau poli pegawai untuk ambil darah untuk cek beberapa hal, mulai HbsAg (padahal udah cek barusan di Indo, nggak percaya kali ya, disuruh ngulang), TBC (Indonesia termasuk negara yang harus ditest buat TBC kalau mau ngurus work permit di Belanda), apa lagi ya.. gak tau deh, pasrah aja diambil darahnya.. Katanya nanti hasilnya diemail antara 5-10 hari.
Saya pikir semuanya sudah beres, ehhh.. ternyata saya harus cek TBC lagi, tapi yang ngecek kali ini dari semacam departemen kesehatannya, yaudah deh, saya bikin janji, dapet 3 minggu lagi buat cek, Doakan saya.
Selain itu, saya masih ada PR untuk cari penginapan yang bisa untuk saya dan istri mulai 28 Februari 2018, setelah dapat, alamat itu harus diregistrasikan di town hall kota setempat, karena alamat yang teregistrasi memakai alamat rumah sakit hanyalah sementara, ampun deh.. nggak habis habis..
Amsterdam, 15 Februari 2018
16:10
Hari Nugroho
Proses pertama yang saya lakukan di rumah sakit adalah ke poli pegawai, atau dalam bahasa mereka disebut arbodienst, saya diminta untuk mengambil spesimen dari beberapa area tubuh saya memakai semacam cotton buds, kaya film - film CSI kalau mau ambil DNA gitu, untuk mengetahui apakah saya mengandung MRSA (Methicillin-resistant Staphylococcus aureus) alias bakteri yang susah dibunuh yang saya bawa dari Indonesia.
Proses kedua saya naik Metro ke WTC Amsterdam tempat IN Amsterdam untuk mengurus perubahan visa dari 3 bulan ke MVV sekaligus untuk working permit. Bikin janji jam 15.00, entah feeling kenapa saya datang jam 11.00 iseng-iseng terus konfirmasi ulang ke receptionist. Ehhh... ternyata dokumen saya kurang lengkap, akhirnya dikasih form untuk dilengkapi yang intinya saya harus membuktikan dengan tandatangan asli dan stempel asli rumah sakit kalau saya memang sudah ke rumah sakit itu dan di acc oleh penanggung jawab disana. Akhirnya balik lagi naik Metro ke rumah sakit nemuin guru saya yang baik hati itu buat minta tanda tangan, kemudian nemuin sekretarisnya buat minta stempel. Alhamdulillah lancar semua, langsung baik lagi naik Metro ke kantor IN Amsterdam. Perjalanan untuk lanjar 30 menit naik metro. Coba kalau di Surabaya, mungkin baru sampai kalau pakai Gojek hahaahaha...
Alhamdulillah jam 14.00 sudah sampai ke IN lagi, saya beranikan diri untuk ketemu sama receptionist yang baik hati tadi, ehh.. ternyata ada tempat janjian yang kosong, langsung dimasukkan saya. Akhirnya semuanya dicek, keluarlah surat ijin bekerja saya.. wuhuuuu... (nomer sensitif saya blur), dan ternyata saya juga dikasih namanya Burgerservicenummer, mungkin kalau di Indonesiakan nomer KTP, dan melekat seumur hidup sama saya. Nanti kalau udah selesai pendidikan, kalau ngurus permit stay lagi nomer saya akan tetap. How cool is that? Biasa aja kali ya? Saya aja yang kampung hahahaha..
Besoknya, saya diminta datang ke arbodienst atau poli pegawai untuk ambil darah untuk cek beberapa hal, mulai HbsAg (padahal udah cek barusan di Indo, nggak percaya kali ya, disuruh ngulang), TBC (Indonesia termasuk negara yang harus ditest buat TBC kalau mau ngurus work permit di Belanda), apa lagi ya.. gak tau deh, pasrah aja diambil darahnya.. Katanya nanti hasilnya diemail antara 5-10 hari.
Saya pikir semuanya sudah beres, ehhh.. ternyata saya harus cek TBC lagi, tapi yang ngecek kali ini dari semacam departemen kesehatannya, yaudah deh, saya bikin janji, dapet 3 minggu lagi buat cek, Doakan saya.
Selain itu, saya masih ada PR untuk cari penginapan yang bisa untuk saya dan istri mulai 28 Februari 2018, setelah dapat, alamat itu harus diregistrasikan di town hall kota setempat, karena alamat yang teregistrasi memakai alamat rumah sakit hanyalah sementara, ampun deh.. nggak habis habis..
Amsterdam, 15 Februari 2018
16:10
Hari Nugroho
Riweh tapi seneng kan mas,, bisa tau sistem birokrasi di negara maju heheheheh cemangat kakaaagh
BalasHapusYo'i.. seneng banget hahahaha..
Hapus