Rotterdam Marathon - My Story

Walaupun sudah pernah 2 kali lari Full Marathon sebelumnya (Bali Marathon 2017 dan East Java Marathon 2017) saya pingin coba kali ini lari Full Marathon di Eropa, mumpung lagi sekolah di sini. Keinginan sudah lama ada, tapi sejujurnya saya takut banget. Tapi setelah finish strong dan memecahkah Personal Best (PB) di Den Haag Half Marathon, saya nekat deh ikut ini hehehe..


Saya selalu percaya bahwa perjalanan ikut Marathon belum lengkap tanpa datang sendiri dan mengambil Race BIB (selembar atau dua lembar kertas untuk ditempel di dada dan kadang punggung peserta yang berisi nomor dan/atau nama dan/atau chip timing kalau racenya professional). Jadi saya memutuskan untuk datang sendiri H-1 setelah dari Rotterdam Centraal untuk ambil BIB ditemani sama istri.

Saya sama sekali tidak kecewa, gile bener, ini BIB Collection terbaik seumur hidup saya. Exponya penuh dengan produk-produk lari mulai dari sepatu, kaos kaki, gadget, kacamata, nutrisi, buku, dll seputar lari. Untunglah saya penganut aliran minimalis melankolis romantis ini tidak tergoda sama sekali untuk beli barang yang belum saya butuhkan. Tapi cukup menyenangkan sih.






















Sepulangnya dari ambil Race BIB saya langsung menuju restoran Indonesia yang pernah saya kunjungi sebelumnya waktu rame-rame sama temen Istri jalan-jalan di Rotterdam. Warung Anugerah namanya, kalu minat klik disini. Beli nasi 2 porsi buat saya sendiri (maklum lagi carbo loading), rendang, tahu tempe sama gado - gado.. huwaaaaa.. ngamuk berat makannya wekekeke.. nggak sih, sebetulnya ini makan di makanan Indonesia karena selain kangen juga buat nambah selera makan. Selama di Belanda saya males makan, biasanya makan 2-4 lapis roti aja udah cukup, nggak kenyang sih, tapi nggak kelaparan juga. Tapi karena besok harus lari 42 km dan 195 meter, maka saya butuh cadangan banyak glikogen, karena itu harus makan banyak karbohidrat. Biar nggak males dikasih menu rendang wekekeke...

Setelah itu kita segera ke rumah Raya (makasih ya Raya, dikasih tempat tinggal gratisan di apartemen bintang 5) di area centraal yang cuma 400 meter ke garis start wuhuu.. Tidak lupa saya sudah beli banyak roti untuk melanjutkan glikogen loading untuk besok semaleman sampai capek ngunyah. Sambil ngobrol-ngobrol sama Raya, nggak kerasa sudah jam 12 malem, akhirnya saya harus menyudahi pembicaraan dan lanjut tidur untuk persiapan besok.

Bangun pagi saya langsung makan roti lagi, start jam 10 untuk wave 1, saya kebetulan wave 5 dan tiap wave beda 7 menit, jadi saya start jam 10.28. Saya putuskan berangkat dari rumah jam 09.30 jalan kaki, toh deket juga.

Sebelum berangkat, masih di Apartement Raya.

Krepekan checkpoint waktu saya di kilometer tertentu supaya bisa finish sebelum 5 jam 30 menit.
Kok lebai banget ya pakai krepekan dicoret-coret di tangan? Ini harus banget, sebisa mungkin, namanya lari jarak jauh, kalau bisa speed constant, nggak naik nggak turun. Karena naik turunnya speed itu akan memboroskan tenaga. Kaya mobil deh, kalau cruising speed anteng terus malah hemat. Akhirnya saya buatlah krepekan ini. Versi hitungan aslinya saya capture di bawah ini.



Sampai detik ini, saya belum kuat lari full marathon tidak berhenti, selalu akan kram di km 30an kalau tidak berhenti, akhirnya saya buat bergantian lari 5k dan jalan maksimal 3 menit. Dari rencana ya. Dengan speed seperti diatas, yang penting bisa jaga di pace 7 menit 20 detik per kilometer, Insya Allah saya aman dari 5 jam 30 menit. Akhirnya ditulislah check point ini di tangan, walaupun ada aplikasi yang bisa diinstall di Garmin Fenix smart sport watch ber GPS punya saya ini, tapi saya pingin lebih analog aja, tinggal muter tangan udah keliatan, terus checkpoint dari start tinggal lirik jam hehehe..






Hampir seluruh jalan besar di Rotterdam ditutup, 20.000 peserta dan entah berapa puluh ribu dari penonton, keluarga, penduduk Rotterdam yang sangat entusias menyemangati di pinggir jalan ini membuat suasana makin meriah bahkan sejak beberapa jam sebelum start.

Karena saya fokus banget sama lari saya, selama lari hape nggak saya pegang sama sekali, jadi nggak ada foto selama lari hehehe.. Alhamdulillah, jam 10:30 wave saya mulai jalan, telat 2 menit dari jadwal, tapi masih wajar lah kalau 2 menit, nggak kaya event di Indonesia bisa molor 1 jam hahaha..


Saya merasa susah banget jaga pace di 7:20 menit/km di awal-awal lari, karena padat banget orang-orang di sekitar kita, dan mereka kenceng-kenceng banget, akhirnya saya sampai kasih kode tangan ke kiri untuk ambil jalur lambat, tetep aja ketarik.


Di 5 km pertama aja selalu dibawah pace 7, apalagi ini di km kedua malah 6:11, tapi heart rate saya aman di level 2-3 tanpa keluhan, akhirnya saya lanjutkan aja.

Di 5-10 saya turunkan perlahan, bukan karena ada keluhan, tapi takut juga habis nih pas terakhir terakhir. Sampai km 10 ini saya putuskan tidak berhenti karena tidak ada keluhan sama sekali, baik otot maupun frekuensi detak jantung.

Di 11-15 cukup lumayan sama sih, dibawah 7 rata-rata, tanpa keluhan. Saya putuskan setelah masuk km 15 saya jalan sejenak untuk mengistirahatkan otot kaki, belum ada gejala sedikitpun untuk kram sih, tapi preventif aja. Terlihat di bawah, di km 16 kumulatif waktu saya nambah sekitar 40 detik dari pace rata-rata. Mulai kilometer 15 saya berhenti dan berjalan tiap 5 km (tiap water station) dan tiap sponge station.

Kilometer 16-20 berjalan tanpa keluhan apapun, santai-santai aja, tetep disiplin, santai, menikmati pemandangan juga.
Kilometer 21-25 juga lancar-lancar saja, tidak ada halangan berarti, tetapi pace mulai saya kurangi karena cuaca semakin panas, teriknya matahari mencapai 22-24 derajat celcius. Keringat saya mulai banyak.

Kilometer 26-30 cukup lancar juga, walaupun mulai kerasa agak capek juga lari 3 jam hahaha.. Pace saya turunkan sedikit karena check point saya jauh banget kecepetan dibanding dari keinginan, saya takut habis di awal dan akhirnya nggak finish karena kram.


Kilometer 31-40 adalah "neraka" nya pelari marathon, titik dimana kelelahan sudah semakin memuncak, sudah 75% jalan tapi masih ada 12 km lagi buat dilalui hahaha.. Apalagi pas di rute ini, kilometer segini mulai panas cuaca, mana jalurnya tidak ada pohon untuk berlindung di bawah sinar matahari, dan kebetulan rute kilometer ini kaya di lingkaran danau gitu, jauh dari rumah penduduk, kurang banget support dari penonton. Mulailah saya "hit the wall" di kilometer ini. Alias lemes, campuran antara kelelahan fisik dan mental. Sampai bertanya di titik ini, "Ngapain ya saya ikut beginian" hahaha.. Well.. Anda akan merasakan ini kalau pernah lari Marathon hahaha..

Tapi saya berusaha inget anak saya, sebelum lari saya Whatsapp call anak saya di Surabaya-Indonesia, dan bilang kalau nanti Papa finish, medalinya buat kakak Naya ya. Disambut Naya ketawa-ketawa kegirangan hahaha.. Memory ini semacam secara misterius saya putar terus di otak saya supaya semangat. Inget istri saya yang udah mau anterin saya ikut race, belum lagi inget istri di Den Haag nungguin saya finish di stasiun Den Haag Centraal. Inget Ayah saya yang lagi berjuang melawan gagal ginjal. Saya inget semua alasan yang membangun untuk membuat saya tetap berlari di panasnya hari itu.

Alhamdulillah berhasil masuk di kilometer 40 di 5 jam 7 menit 22 detik, saya punya 22 menit 38 detik untuk menyelesaikan 2 kilometer dan 195 meter terakhir. Tetapi akhirnya saya inget, yang dibaca jam saya tidak sama dengan yang ada di lapangan, akhinya setelah saya kros cek bener, saya kurang 2 kilometer dari yang ditunjukkan trek oleh panitia di waktu 5 jam 6 menit dan 28 detik. Berarti saya punya 13 menit 32 detik untuk menyelesaikan race 2,2 km terakhir tanpa kena cut off time. Berarti saya harus lari di pace 6.30 kurang lebih.

Saya lihat heart rate saya masih aman, kaki saya yang lemas jadi semangat waktu di otak saya kebayang anak istri saya, nggak pakai mikir lagi, saya ingin bikin sejarah yang berarti, paling tidak untuku saya dan keluarga kecil saya, saya seperti orang kerasukan setan hahaha.. langsung lari pace 6:30 bahkan 6:07 sampai finish. Di lorong sebelum finish, ribuan orang yang melihat saya dan nama saya tertulis di BIB saya memanggil nama saya, saya kasih kode pegang telinga sambil geleng-geleng menunjukkan kalau saya tidak dengar, luar biasa.. mereka meneriakkan nama saya makin keras. "Hari.. Hari.. Hari.. Hari..", akhirnya semakin semangat juga saya..


Alhamdulillah, di catatan waktu panitia, saya finish di waktu 5 jam 27 menit dan 51 detik dihitung sejak melewati garis start hingga melewati garis finish.


Cuma 2 menit 9 detik sebelum dinyatakan melewati cut off time. Walaupun banyak yang melewati cut off time tapi tetap dikasih medali sih, well, that's not the point menurut saya hahaha.. Medali juga titip bisa atau cetak aja sendiri, tapi sejarah yang terukir dari sebuah upaya pencapaian itulah yang berbeda.

Salah satu momen terbaik dalam hidup saya

Kalau di Garmin tercatat saya melewati 42,195 km di 5 jam 22 menit 19 detik
Alhamdulillah, selama di Belanda sudah memecahkan 3 Personal Best.
Saya baru ngeh setelah liat Aplikasi Garmin Connect, ada notifikasi untuk konfirmasi personal best yang baru. Ternyata selama di Belanda saya sudah bikin 3 PB, Half Marathon memotong 10 menit lebih dari PB waktu Surabaya Half Marathon 2017. Longest run nambah 350 meter hahaha dan Marathon memotong 1 jam 27 menit.. dari Bali Marathon. Huwaaa... saya juga baru ngeh hahaha...

Alhamdulillah.. Semua perjuangan berlatih, ngatur makan, ngatur tidur, semuanya terbayar hihihi..












Beberapa cuplikan screenshot dari Strava. Setelah finish langsung jalan pulang ke apartement Raya dengan sedikit tertatih-tatih hahaha.. Mandi, ganti baju, packing, ngobrol-ngobrol bentar sama Papanya yang baru dateng dari Indonesia. Terus pulang deh naik kereta balik ke Amsterdam.




Makasih banyak nomer satu buat istriku Meta Herdiana Hanindita, bukan cuma karena nemenin race ini, Marathon race dan Triathlon race cuma ujungnya aja. Latihan teratur saya hampir tiap hari selama 3 tahun ini, sudah rela ditinggalin suaminya terus buat latihan lah, race ah, suaminya juga habis berapa aja ini buat beli ini itu buat nunjang ini semua nggak pernah complain bahkan sekalipun, malah sebaliknya, disupport habis-habisan. Dibelikan makan lah, alat-alat lah, mijitin habis race, belum lagi saya omelin kalau kecapean habis latihan tapi ya gak pernah ngomelin saya hahaha.. Love you to the moon and back dear.

Makasih berikutnya pasti ya Arshiya Nayara Avanisha Nugroho, 7 tahun, anak saya satu-satunya (so far), yang selalu nyemangatin Papanya entah itu kalau lagi sepeda statis pakai Wahoo di rumah, tukang itungin kalau Papanya freeletics di rumah, sampai nemenin sepedaan. Semua ini cuma memberi pesan buat Naya, in case someday you read this, tidak ada yang tidak bisa kita lakukan dengan ridlo Allah. Kelak Naya akan mengerti bahwa hidup ini perjuangan, karena dalam hidup kita akan selalu menemukan sesuatu untuk di complain, tapi kita hidup bukan buat complain, tapi menemukan solusi dari perjuangan. Someday you will understand Naya. Love you and miss you..

Makasih buat temen-temen YSCC (Young Surgeon Cycling Community) yang selalu menjaga motivasi diantara semua anggotanya dokter-dokter yang malas olahraga. Selalu berusaha mengambalikan exercise ke science dan evidence based, bukan semata-mata kompetisi buta. I owe you big time.

POGI Runner, komunitas lari dari dokter kandungan di Surabaya juga mulai makin semangat nih olahraga terus hehehe..

Terima kasih secara personal buat Kamil teman YSCC yang lagi sekolah di Kagoshima-Jepang yang lagi berjuang melawan penyakitnya dan tetap semangat buat berlatih marathon dan triathlon entah apapun yang sudah dilaluinya. Bisa cek blognya disini.

Makasih sudah buatkan kaos spesial buat YSCC, kaosnya saya pakai pas ambil BIB, maunya saya pakai pas race, tapi karena bukan jersey bahan buat lari, saya nggak yakin kalau nyaman pakai itu. So, saya pakai buat ambil BIB aja. We will fight with you bro.. We will run with you.. #FuckCancer #FuckFibroSarcoma #RunWithKamil




Amsterdam, 11 April 2018
02.30 pm (Nganggur operasi batal semua)


Hari Nugroho


Komentar

Postingan Populer