Sistem Kesehatan di Belanda (Part 1)

Kenapa saya tertarik dengan sistem kesehatan di Belanda? Walau saya memang selalu tertarik untuk tahu bagaimana sesuatu itu bekerja sampai ke akar-akarnya, kayanya ini kutukan deh ke saya hahaha..

Tapi ada yang spesial dengan sistem kesehatan Belanda, kenapa? Karena dari apa yang saya rasakan selama 3 bulan bekerja sebagai salah satu anggota dokter di sistem kesehatan di Belanda, saya sangat amat terkesan banget, nggak tau deh ini bahasa Indonesia cap apa, tapi serius super keren.

Sekarang coba kita lihat dari skala makroskopis dulu, ada nggak sih alat ukur bagus apa nggak suatu sistem kesehatan di negara tersebut? Ada lho ternyata, namanya Euro Health Consumer Index (EHCI) yang menghitung kepuasan warga negaranya terhadap layanan kesehatan yang diberikan. Dilakukan kalkulasi dari waktu tunggu yang dibutuhkan untuk terapi, informasi yang diterima oleh pasien, ketersediaan obat-obatan, hal-hal yang dilakukan untuk prevensi penyakit tertentu, dan hasil terapi. Belanda selalu menjadi nomor 1 dari total 35 negara di Eropa selama 4 tahun terakhir. Hebat kan? Kalau di Dunia? Netherlands juga mamasuki 5 besar sistem kesehatan terbaik bersama dengan Swiss, Singapore, Luxembourg dan Jepang.

didapat dari publikasi https://healthpowerhouse.com/media/EHCI-2017/EHCI-2017-report.pdf
Mengapa mereka spesial? Yuk kita coba lihat fundingnya sistemnya dulu.

Apakah semua warga negara di Belanda wajib memiliki asuransi? YA! Hukumnya wajib setelah usia diatas 18 tahun, apabila dibawah 18 tahun masih menjadi tanggungan premi asuransi orangtuanya. Asuransi di Belanda tidak di monopoli oleh pemerintah, dalam artian pemerintah mewajibkan, tetapi memberikan kebebesan asuransi apa yang diambil. Biasanya kontrak asuransi selama 1 tahun, setelah 1 tahun baru boleh ganti, atau diperpanjang. Basic cost asuransi setiap bulan sekitar €150-200.

Gimana kalau mereka menolak untuk membayar asuransi? Setelah 3 bulan akan didenda untuk bayar 130% lebih dari yang mereka harus bayar. Kalau tetap nggak berasuransi? Pemerintah akan mengeluarkan surat untuk memotong gaji langsung dari perusahaan yang menggaji. Sehingga, sudah bisa diduga, terjadi akumulasi kekuatan dana yang sangat besar di sini.

Tahap kedua adalah pelayanan, sistem layanan disini semuanya berjenjang. Saya masih inget senior saya langsung di AMC, seorang ahli kanker kandungan paling tua di AMC, September ini sudah harus pensiun. Dia mengeluh nyeri bawah punggung pada suatu hari, asumsi saya adalah dia akan menghubungi koleganya di AMC (seperti apa yang kita lakukan di Indonesia). Apa yang terjadi adalah dia berusaha menghubungi klinik tempat area dia tinggal. Jadi ternyata ada namanya huisartsen alias home doctor, dokter ini mungkin kalau di Indonesia adalah dokter umum, tapi mereka tidak serta merta lulus kedokteran langsung menjadi dokter umum, tetapi harus sekolah "spesialis" dokter umum. Home doctor ini berpraktek di area-area tempat tinggal penduduk Belanda. Ada peraturan jarak maksimal tertentu yang diperbolehkan. Home doctor ini diberi "beban" penduduk yang terdaftar di areanya, sehingga mereka rata-rata sudah mengenal pasiennya sejak lama. Bahkan home doctor ini yang mengingatkan pasiennya secara aktif untuk skrining dll.

Setelah menghubungi dokter umum di areanya, dia bikin janji untuk periksa, dilakukan pemeriksaan dari ujung kepala ke kaki katanya, periksa dan konsultasi butuh waktu sekitar 30-40 menit katanya, akhirnya diputuskan bukan sesuatu yang serius dan dilakukan konseling untuk perubahan pola duduk dan resep anti nyeri bila perlu dan kembali bila makin nyeri. Tidak perlu MRI atau CT Scan atau menambah beban kerja dokter ortopedi untuk ditemui. Biaya yang dia keluarkan 0 rupiah, karena tercover asuransi.

Timbul beberapa pertanyaan, kalau melihat setting tempat kita di Indonesia, dokternya berarti nggak dapat gaji dong? Orang pasiennya nggak bayar?

Dokter disini (seperti banyak dokter di negara maju), tidak dihitung jasa medis dari berapa pasien yang dia kerjakan, tetapi dibayar tetap seperti pegawai kantoran. Gaji bulanan ya tetap.

Timbul pertanyaan selanjutnya, lha terus gimana ini nanti? Apa yang niat dokternya kerja gila-gilaan dengan pasien banyak banget kalau seperti ini sistem rewardnya?

Dokter di sini (paling tidak AMC tempat saya bekerja), resmi mulai bekerja jam 8 pagi hingga 5 sore, senin sampai jumat. Berarti 45 jam kerja setiap minggunya. Tapi kenyataannya mereka biasa datang jam 07.30 untuk persiapan dan pulang jam 5-6 sore. Pernah rekor pulang jam 8 malam juga. Mereka datang dan pergi tidak diabsen, tidak ada finger print, dan tidak juga scan retina hahaha..

Kinerja dokter atau apapun tenaga kerja di Belanda sangat dibatasi. Misalnya, saya menerima pasien di ruang rawat jalan, sehari hanya dibatasi 12 orang, dari mana 12 orang itu? Satu pasien baru dihitung sekitar 30 menit dan pasien lama 20 menit. Itu sudah secara sistem dimasukkan ke dalam database berbasis IT.

Kalau pasiennya banyak banget gimana? Tidak cukup 12 orang sehari? Itu berarti dibutuhkan tenaga kesehatan yang lebih banyak, berarti fasilitas tidak memadai, bukan salah dokternya dong. Wah hebat juga nih. Tapi dari survey saya, kok rasanya tidak ada yang merasa menunggu terlalu lama atau apapun itu, ternyata rujukan dari sistem kesehatan di bawahnya (tingkat II) diatur dan dikendalikan oleh dokter di AMC. AMC adalah rumah sakit pendidikan, yaitu rumah sakit rujukan terakhir. Kalau tidak salah ada 9 rumah sakit pendidikan di seluruh Belanda, AMC salah satunya. Tiap rumah sakit pendidikan mempunyai rumah sakit tingkat 2 binaan, anggap saya AMC punya 60 rumah sakit tingkat 2 binaan dan staf dokter kanker kandungan yang ada di dalam AMC berjumlah 6 orang, setiap orang bertanggung jawab terhadap 10 rumah sakit binaan. Disinilah peran penting video conference. Setiap minggu, mereka berkewajiban melakukan video conference 1-1,5 jam (2 sesi) dengan rumah sakit binaan ini. Sehingga pasien yang harus dirujuk atau bisa dikerjakan disana diketahui oleh staf AMC. Hal ini sangat menguntungkan semua pihak, baik itu asuransi dengan melakukan kontrol biaya pelayanan, pasien dalam hal tidak perlu jauh jauh dari rumah, maupun dokter di AMC yang tidak perlu menambah beban kerja yang bisa dilakukan oleh rumah sakit di bawahnya.

Sekian dulu yang Part 1, saya akan lanjutkan di kesempatan berikutnya tentang berapa sih gaji dokter disini, berapa sih upah minimal regional, berapa sih pendapatan per kapita, dll.

Geneva - Swiss
12 Mei 2018
jam 20:50

Hari Nugroho

Komentar

Postingan Populer